LAPORAN
PRAKTIKUM
ILMU
TERNAK UNGGAS
SISTEM
DIGESTI DAN REPRODUKSI AYAM
Disusun
oleh:
Akhmad Fathoni
10/301316/PT/05853
Kelompok
XXIV
Asisten Pendamping: Umi Khasanah
LABORATORIUM
ILMU TERNAK UNGGAS
BAGIAN
PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
SISTEM DIGESTI DAN REPRODUKSI
WAKTU
PELAKSANAAN
Praktikum Ilmu Ternak Unggas acara sistem digesti dan reproduksi ayam
dilaksanakan pada hari Kamis, 20 Oktober 2011 pukul 13.00 WIB sampai 16.30
WIB.
TEMPAT
PELAKSANAAN
Praktikum
Ilmu Ternak Unggas acara
sistem digesti dan reproduksi ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Ternak
Unggas Bagian Produksi Ternak Fakultas
Peternakan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
TUJUAN
DAN MANFAAT PRAKTIKUM
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui tentang sistem digesti dan reproduksi ayam,
meliputi anatomi, fungsi,
ukuran berat, dan organ-organ tambahan
yang berperan dalam sistem digesti ayam. Manfaat dari praktikum ini adalah
praktikan dapat memahami dengan jelas mengenai sistem
digesti dan reproduksi ayam, meliputi anatomi,
fungsi, ukuran berat, dan organ-organ tambahan yang berperan dalam sistem digesti ayam.
MATERI
DAN METODE
Materi
Alat. Alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah pisau scapel, pita ukur, alas plastik ukuran 50cmx100cm,
timbangan elektrik dengan kapasitas 2 kg, dan gunting bedah merk JMC.
Bahan. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah 1 ekor ayam layer segar yang telah disembelih, masih dalam keadaan utuh
dan berumur 72 minggu dengan berat ayam 1266
gram.
Metode
Disediakan 1 ekor ayam layer segar yang telah disembelih, telah dikuliti
dan masih dalam keadaan segar di atas meja. Diberikan alas plastik ukuran
100x50 cm di bawah ayam tersebut oleh praktikan. Ayam
kemudian ditimbang lalu dibedah dan dikeluarkan seluruh organ pencernaan beserta organ reproduksinya
kemudian diletakkan di atas alas plastik yang diatur secara utuh dan digambar. Masing-masing organ pencernaan dan reproduksi tersebut
kemudian dijelaskan oleh asisten pendamping mengenai letak, fungsi dan diakhiri
dengan presentasi oleh praktikan. Organ
pencernaan beserta
organ reproduksi ayam tersebut kemudian dipotong perbagian, dikeluarkan kotorannya,
kemudian dicuci lalu ditimbang dan diukur,
dicatat berat dan panjang
masing-masing organ, dan difoto per bagian.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan yang telah
dilakukan dalam praktikum Ilmu Ternak unggas acara
sistem digesti dan reproduksi diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 1. Organ digesti ayam
layer
Parameter
|
Ayam A (Kelompok 24)
|
Ayam B (Kelompok 21)
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
|
Oesophagus
|
27
|
15,4
|
19
|
6
|
Crop
|
-
|
8,8
|
-
|
5
|
Proventikulus
|
11
|
6
|
3
|
7
|
Ventrikulus
|
-
|
21,4
|
-
|
33
|
Usus
halus:
|
||||
Duodenum
|
30
|
5,8
|
53
|
10
|
Jejunum
|
75
|
11
|
30
|
4
|
Ilieum
|
63
|
7,2
|
59
|
8
|
Coecum
|
38
|
5,2
|
30
|
5
|
Usus
besar
|
13
|
3,6
|
9
|
2,5
|
Kloaka
|
-
|
3,6
|
-
|
10
|
Tabel 2. Organ digesti
tambahan ayam layer
Parameter
|
Ayam A (Kelompok 24)
|
Ayam B (Kelompok 21)
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
|
Hati
|
-
|
26,8
|
-
|
56
|
Pankreas
|
-
|
2,8
|
-
|
2
|
Limfa
|
-
|
1,2
|
-
|
5
|
Tabel 3. Sistem reproduksi
ayam betina
Parameter
|
Ayam A (Kelompok 24)
|
Ayam B (Kelompok 21)
|
||
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
Panjang
(cm)
|
Berat
(g)
|
|
Ovarium+ovum
|
-
|
28
|
-
|
1
|
Infundibulum
|
17
|
2
|
4
|
1,6
|
Magnum
|
29
|
24
|
31
|
1
|
Isthmus
|
14
|
5,4
|
5,8
|
5,8
|
Uterus
|
6
|
1,6
|
5
|
2
|
Vagina
|
10
|
18
|
3
|
3
|
Pembahasan
Sistem Digesti
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh dapat diketahui bahwa sistem
digesti ayam mulai dari pakan masuk sampai
keluar sebagai ekskreta antara lain mulut/paruh,
oesophagus, crop (tembolok), proventriculus, gizzard (empedal/ventrikulus),
small
intestinum yang terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum, coecum, usus besar(rektum),
dan kloaka. Ayam yang digunakan dalam praktikum
ini merupakan ayam jenis layer, umur 72 minggu dengan berat ayam 1266 gram
untuk ayam A dan 1557 untuk ayam B.
Menurut
Yuwanta (2008), panjang alat pencernaan pada ayam sekitar 245-255 cm,
tergantung pada umur dan jenis ayam. Prinsip pencernaan pada ayam ada tiga
macam, yaitu pencrnaan secara mekanik (fisik), pencernaan secara kima
(enzimatik), dan pencernaan secara mikrobiologik. Secara umum pencernaan pada
unggas meliputi aspek digesti, absorpsi dan metabolisme.
Mulut. Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui mulut ayam berbentuk seperti corong
yang runcing dan didalamnya terdapat lidah yang tebal. Menurut
Yuwanta (2008), mulut menghasilkan saliva yang mengandung amilase dan maltase saliva
dan produksi saliva 7 sampai 30 ml/
hari tergantung pada jenis pakan.
Pemecahan bahan pakan di milut kecil sekali karena mulut hanya digunakan untuk
lewat sesaat. Menurut Akoso (1998), mulut ayam tidak
memiliki bibir dan gigi. Peranan bibir dan gigi pada ayam digantikan oleh rahang
yang menanduk dan membentuk paruh.
Oesophagus. Menurut Yuwanta (2008), oesophagus merupakan saluran lunak dan elastis yang mudah mengalami
pemekaran apabila ada bolus yang masuk. Oesophagus memanjang dari pharynx hingga proventrikulus melewati tembolok
(crop). Berdasarkan hasil pengukuran
dan penimbangan dalam praktikum diketahui bahwa panjang
oesophagus ayam A adalah 27 cm dengan berat 15,4 gram, sedangkan
oesophagus ayam B panjangnya 19 cm dengan berat 6 gram. Menurut
Neil (1991), panjang oesophagus antara
20 sampai 25 cm dan berat antara 5 sampai 7,5 gram. Panjang oesophagus ayam A lebih panjang
dari pada kisaran normal sedangkan panjang oesophagus ayam B
relatif mendekati kisaran normal. Berat oesophagus ayam A
jauh lebih besar dari kisaran normal sedangkan berat oesophagus ayam B berada pada kisaran normal. Menurut Blakely dan
Bade (1991), perbedaan ukuran panjang oesophagus dapat dipengaruhi oleh ukuran
ayam, jenis ayam, dapat juga dikarenakan konsumsi pakan yang tidak tepat, serta
dipengaruhi oleh umur, kesehatan ayam dan straim ayam. Sedangkan menurut
Yuwanta (2008), panjang alat pencernaan pada ayam tergantung pada umur dan
jenis ayam.
Tembolok (crop). Tembolok (crop) mempunyai
kapasitas 250 g dalam menampung pakan. Tembolok
merupakan modifikasi dari oesophagus.
Fungsi utama tembolok adalah untuk
menyimpan pakan sementara, terutama pada saat
ayam makan dalam jumlah banyak(Yuwanta, 2008). Berdasarkan hasil penimbangan dalam praktikum, diketahui
tembolok ayam A memiliki
berat 8,8
gram dan tembolok ayam
B memiliki berat 5 gram. Menurut Neil (1991),
berat crop adalah 8 sampai 12 gram. Berat tembolok ayam A berada pada kisaran normal
sedangkan berat tembolok ayam B di bawah kisaran normal jika dibandingkan
dengan literatur. Menurut Yuwanta (2008), perbedaan ukuran alat pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Proventriculus.
Proventrikulus merupakan perut kelenjar atau succenturiate ventricle atau glandular stomach yang mengekskresikan
pepsinogen dan HCl untuk mencerna protein dan lemak (Yuwanta, 2008). Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan dalam
praktikum diketahui bahwa proventriculus ayam
A memiliki panjang 11 cm
dan berat 6
gram sedangkan proventriculus
ayam B
memiliki panjang 3 cm
dan 7 gram. Menurut Neil (1991), proventriculus memiliki panjang 6 cm
dengan berat 7,5 sampai 10 gram. Panjang
proventriculus
ayam A berada
di atas kisaran normal sedangkan beratnya berada di bawah kisaran normal. sedangkan Proventriculus
ayam B
memiliki panjang di bawah kisaran normal
sedangkan beratnya mendekati kisaran normal jika dibandingkan dengan literatur.
Menurut Yuwanta (2008), perbedaan ukuran pada alat pencernaan ayam ini
tergantung pada umur dan jenis ayam.
Gizzard. Empedal (gizzard) disebut juga perut muscular
(muscular stomach) yang merupakan
perpanjangan dari proventrikulus. Fungsi utamanya untuk
memecah / melumat pakan dan mencampur
dengan air pasta yang disebut chymne.
Ukuran dan kekuatan empedal dipengaruhi oleh kebiasan
makan dari ayam tersebut. Empedal mengekskresikan coilin yang berfungsi melindungi
permukaan empedal terhadap kerusakan yang mungkin disebabkan oleh pakan (Yuwanta, 2008). ). Berdasarkan hasil penimbangan dalam praktikum, diketahui gizzard ayam A memiliki berat 21,4 gram sedangkan ayam B 33 gram. Menurut Goodman (1991), berat gizzard adalah 25 sampai 40 gram. Gizzard
ayam A memiliki berat di bawah kisaran normal
sedangkan ayam B berada pada kisaran
normal jika dibandingkan dengan literatur. Menurut
Yuwanta (2008), perbedaan ukuran alat pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Small intestine.
Usus halus disebut juga intestinum tenue,
panjangnya mencapai 120 cm. Usus halus
terbagi menjadi tiga bagian yaitu duodenum,
jejunum, dan ileum (Yuwanta,
2008). Menurut Swenson dan
Recie(1993), panjang total usus halus adalah 126,5 cm. Salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi saluran pencernaan yaitu ACTH
yang dapat menyebabkan penurunan dalam
pencernaan bahan kering, protein, energi kotor, dan
karbohidrat, sedangkan kecernaan lemak tidak terpengaruh. Pencernaan nutrisi ini terpengaruh lebih
dari penyerapan selama
periode stres. (Puvadolpirod dan Thaxton, 2000)
Duodenum.
Duodenum terdapat pada bagian yang paling atas dari
usus halus, dan panjangnya mencapai 24 cm. Di
dalam duodenum
terjadi pencernaan yang paling aktif dengan proses hidrolisis dari nutrien
kasar berupa pati, lemak, dan protein
(Yuwanta, 2008). Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan dalam praktikum
diketahui bahwa panjang duodenum ayam A adalah 30 cm. Panjang duodenum ayam
B adalah 53 cm. Berat duodenum ayam A
adalah 5,8 gram, sedangkan berat duodenum
ayam B adalah 10 gram. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa panjang duodenum
ayam A dan B tidak berada pada kisaran normal bila dibandingkan dengan
literatur. Menurut Yuwanta (2008), perbedaan ukuran alat pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Jejunum.
Jejunum merupakan kelanjutan dari duodenum yang fungsinya sama dengan duodenum. Terjadi
pencernaan dan penyerapan zat makanan yang
belum diselesaikan oleh duodenum dilanjutkan
sampai tinggal bahan yang tidak dapat dicerna (Yuwanta, 2008).
Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan dalam
praktikum, diketahui bahwa panjang dan berat jejunum ayam A berturut-turut adalah 75 cm dan 11 gram,
sedangkan panjang dan berat jejunum ayam B masing-masing adalah
30 cm dan 4 gram. Menurut Yuwanta (2008), perbedaan ukuran alat pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Ileum. Ileum
mempunyai banyak vili-vili untuk memperluas bidang penyerapan. Batas antara jejunum dengan ileum berupa tonjolan kecil yakni micelle diverticum. Ileum merupakan kelanjutan dari duodenum yang fungsinya sama dengan duodenum. Pencernaan
dan penyerapan zat makanan yang belum diselesaikan oleh duodenum dilanjutkan sampai tinggal
bahan yang tidak dapat dicerna (Yuwanta, 2008). Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan dalam
praktikum, diketahui bahwa panjang dan berat ileum pada ayam A berturut-turut adalah 63 cm dan 7,2
gram sedangkan panjang dan berat ileum pada ayam B adalah 59
cm dan 8 gram. Menurut Zuprizal
(2005), berat ileum adalah 15 gram. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ayam A dan B tidak
sesuai dengan literatur. Menurut Yuwanta (2008), perbedaan ukuran alat pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Coecum. Sekum terdiri
atas dua seka
atau saluran buntu yang berukuran panjang 20 cm. Beberapa nutrien yang tidak tercerna mengalami dekomposisi oleh mikrobia
sekum, tetapi jumlah dan penyerapannya kecil sekali (Yuwanta, 2008).
Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan dalam praktikum, diketahui bahwa panjang
coecum ayam A dan B berturut-turut
adalah 38 cm dan 30 cm, sedangkan berat masing-masing ayam A
dan B adalah 5,2 gram dan 5
gram. Panjang coecum
ayam A dan B tidak sesuai dengan literatur.
Menurut Yuwanta (2008),
perbedaan ukuran alat pencernaan pada ayam tergantung pada umur dan jenis ayam.
Usus besar. Usus besar(rektum) dinamakan juga intestinum crasum (panjang 7cm).Terjadi perombakan parikel pakan yang tidak
tercerna oleh mikroorganisme menjadi fese pada bagian ini. Pada bagian ini juga
bermuara ureter dari ginjal untuk membuang urine ynag bercampur dengan feses
sehingga feses unggas dinamakan ekskreta
(Yuwanta, 2008).
Panjang usus besar ayam A dan B adalah 13
cm dan 9 cm sedangkan berat usus besar ayam A dan B masing-masing
adalah 3,6 gram dan 2,5 gram. Menurut
Yuwanta (2008) panjang rektum 7 cm sedangkan menurut Akoso (1998), berat normal rektum adalah 4 sampai 6 gram. Panjang usus besar ayam A dan B di atas kisaran normal, sedangkan berat usus
besar ayam A dan B masih di bawah kisaran
normal bila dibandingkan dengan literatur. Menurut Yuwanta
(2008), perbedaan ukuran alat pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Kloaka. Kloaka merupakan tempat
keluarnya ekskreta karena urodeum
dan cuprodeum
terletak berhimpitan. Urodeum
merupakan saluran urine, cuprodeum
merupakan saluran pencernaan, sedangkan protodeum
merupakan saluran pembuangan sehingga berhubungan dengan anus serta tempat
keluarnya ekskreta (Yuwanta,
2008). Berdasarkan hasil penimbangan dalam praktikum, diketahui
bahwa berat kloaka ayam A dan B masing-masing adalah 3,6 dan 10 gram. Menurut Neil (1991),
berat kloaka adalah antara 6 sampai 8 gram. Berat
kloaka ayam A masih jauh di bawah kisaran normal
sedangkan berat kloaka ayam B berada di atas kisaran normal. Menurut Yuwanta
(2008), perbedaan ukuran alat pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Organ
Tambahan
Hati. Hati (berat 3% bobot badan) mensekresikan
getah empedu yang disalurkan ke dalam duodenum. Fungsi
dari getah empedu sebagai penetral asam lambaung (HCl), membentuk sabun
terlarut dengan asam lemak
bebas. Kedua fungsi ini membantu dalam absorbsi dan translokasi asam lemak (Yuwanta,
2008). Berdasarkan hasil penimbangan dalam praktikum, diketahui
bahwa berat hati ayam A dan B berturut-turut adalah 26,8 gram dan 56 gram, sedangkan berat ayam
A dan B adalah 1266
gram dan 1557
gram. Menurut Yuwanta (2008),
berat hati adalah 3% dari berat badan. Jika
dibandingkan dengan berat tubuh maka berat hati ayam A 2,11% dari berat tubuh,
sedangkan berat hati ayam B 3,6% dari berat tubuh. Hasil
penimbangan menunjukkan bahwa berat
hati tidak berada pada kisaran normal tetapi
cenderung mendekati kisaran normal. Menurut Yuwanta (2008), perbedaan ukuran organ pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Pankreas. Pankreas mensekresikan getah pankreas (pancreatic juice) yang berfungsi dalam
pencernaan pai, lemak dan protein. Di samping mensekresikan getah pankreas juga
mensekresikan insulin. Pankreas mempunyai dua fungsi yang semuanya berhubungan
dengan penggunaan energi ransum, yaitu eksokrin dan endokrin.
Berat pankreas ayam A dan B adalah 2,8
dan 2 gram. Menurut Yuwanta
(2008), perbedaan ukuran organ pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Limfa. Limfa berfungsi memecah sel darah merah dan sel darah
putih. Makanan unggas, terutama protein kasar dalam pakan akan mengalami
degradasi. Berat dari limfa ayam A dan B adalah 1,2 gram dan 5 gram. Menurut Yuwanta (2008), perbedaan ukuran organ pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Sistem
Reproduksi Ayam Betina
Anatomi
alat reproduksi ayam betina terdiri atas dua bagian utama, yaitu ovarium dan oviduct. Ovarium adalah tempat sintesis hormon steroid seksual,
gametogenesis dan perkembangan serta pemasakan kuning telur (folikel). Oviduk
adalah tempat menerima kuning telur masak, sekresi putih telur dan pembentukan
kerabang telur. Pada unggas, umumnya pada ayam, hanya ovarium kiri yang
berkembang dan berfungsi, sedangkan yang bagian kanan mengalami
rudimeter(Yuwanta, 2008).
Ovarium dan
ovum. Ovarium
pada unggas dinamakan juga folikel. Bentuk ovarium sperti buah anggur dan
terletak pada rongga perut berdekatan dengan ginjal kiri dan bergantung pada ligamentum meso-ovarium (Yuwanta, 2008). Berdasarkan hasil penimbangan dalam
praktikum, diketahui bahwa ovarium ayam A dan B memiliki berat masing-masing yaitu 28
dan 1 gram. Menurut Sidadolog
(1991), berat ovarium unggas dewasa adalah antara 40 sampai 60 gram. Ovarium ayam A dan B memiliki berat yang masih jauh di bawah kisaran normal. Perbedaan
tersebut dapat disebabkan oleh pakan
yang dikonsumsi, umur dan kesehatan (Blakely dan Bade, 1991). Banyak faktor yang mempengaruhi produksi telur pada
industri unggas, yaitu Nicarbazin (NCZ) merupakan obat anticoccidial secara rutin digunakan dalam industri unggas yang berdampak negatif terhadap
reproduksi karena dapat mengurangi
produksi telur, berat telur, dan daya tetas telur. Mekanisme molekuler dimana
NCZ mempengaruhi reproduksi tidak diketahui. Lipoprotein lipase, vitellogenin, transglutaminase, dan kalsium semua
terlibat dalam pembentukan telur dan embriogenesis. Oleh karena itu, uji in vitro digunakan untuk
mengevaluasi 4 mekanisme potensial aksi NCZ pada pembentukan telur dan embriogenesis. Pengujian yang dilakukan meliputi
uji lipoprotein lipase, uji fosforilasi vitellogenin dan aktivitas transglutaminase (Yoder et al., 2006).
Infundibulum. Panjang infundibulum
atau papilon adalah
9 cm. Infundibulum berfungsi untuk
menangkap ovum yang diovulasikan dan merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Kuning telur berada di bagian ini selama
15-30 menit (Yuwanta, 2008). Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan dalam
praktikum, diketahui bahwa panjang infundibulum ayam A dan B masing-masing
adalah 17
cm dan 4 cm, sedangkan berat infundibulum ayam A dan B masing-masing adalah 2 gram dan 1,6 gram. Perbedaan
tersebut dapat disebabkan oleh pakan
yang dikonsumsi, umur dan kesehatan (Blakely dan Bade, 1991).
Magnum. Magnum merupakan bagian terpanjang dari
oviduk (33cm). Magnum tersusun
dari glandula tubuler yang sangat sensibel. Sintesis dan sekresi sel telur
terjadi di sini. Mukosa dari magnum tersusun
dari sel gobelet. Proses sintesis albumen di magnum
berlangsung selama 3,5 jam (Yuwanta, 2008). Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan dalam
praktikum, diketahui bahwa panjang magnum ayam A dan
B masing-masing
adalah 29
cm dan 31 cm, sedangkan berat magnum ayam A dan
B masing-masing
adalah 24
gram dan 1 gram.
Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh pakan yang dikonsumsi, umur dan kesehatan (Blakely dan Bade, 1991).
Isthmus.
Isthmus mensekresikan membran atau selaput telurpanjang saluran isthmus adalah
10 cm dan telur berada di sini sekitar 1 jam 15 menit sampai 1,5 jam. Berdasarkan
hasil pengukuran dan penimbangan dalam praktikum, diketahui bahwa isthmus ayam
A dan B memiliki panjang masing-masing 14
dan 5,8 cm, sedangkan berat isthmus
ayam A dan B masing-masing adalah 5,4 gram dan 5,8 gram.
Menurut Yuwanta (2008),
isthmus memiliki panjang sekitar 10
cm. Panjang isthmus kedua ayam masih belum sesuai
dengan kisaran normal. Menurut Blakely dan Bade (1991), perbedaan
tersebut dapat disebabkan oleh pakan
yang dikonsumsi, umur dan kesehatan.
Uterus. Uterus disebut juga glandula kerabang telur
berfungsi untuk pembentukan kerabang telur sehingga prosesnya paling lama yakni
21 jam. Panjang uterus adalah sekitar
10 cm (Yuwanta, 2008). Berdasarkan hasil pengukuran dan
penimbangan dalam praktikum, diketahui bahwa panjang
uterus ayam A dan B adalah 6
cm dan 5 cm, sedangkan berat ayam A dan B adalah 1,6 gram dan 2
gram. Panjang uterus ayam A dan B masih belum sesuai dengan
kisaran normal jika dibandingkan dengan literatur. Perbedaan
tersebut dapat disebabkan oleh pakan
yang dikonsumsi, umur dan kesehatan (Blakely dan Bade, 1991).
Vagina. Vagina merupakan tempat
keluar telur hasil pembentukan telur oleh organ reproduksi. Pada bagian ini hampir tidak terdapat sekresi di dalam
pembentukan telur, kecuali pembentukan kultikula.
Telur sangat singkat melewati vagina yaitu hanya 3 menit. Panjang vagina adalah sekitar 10 cm (Yuwanta, 2008). Berdasarkan hasil pengukuran dan penimbangan dalam
praktikum, diketahui bahwa panjang
vagina ayam A dan B masing-masing adalah 10 cm dan 3
cm, sedangkan berat keduanya masing-masing adalah 18 gram dan 3 gram. Panjang vagina ayam A berada pada kisaran normal, sedangkan panjang
vagina ayam B maih di bawah kisaran normal. Perbedaan
tersebut dapat disebabkan oleh pakan
yang dikonsumsi, umur dan kesehatan (Blakely dan Bade, 1991).
Kloaka. Kloaka merupakan tempat
keluarnya ekskreta karena urodeum
dan cuprodeum
terletak berhimpitan. Urodeum
merupakan saluran urine, cuprodeum
merupakan saluran pencernaan, sedangkan protodeum
merupakan saluran pembuangan sehingga berhubungan dengan anus serta tempat
keluarnya ekskreta (Yuwanta,
2008). Berdasarkan hasil penimbangan dalam praktikum, diketahui
bahwa berat kloaka ayam A dan B masing-masing adalah 3,6 dan 10 gram. Menurut Neil (1991),
berat kloaka adalah antara 6 sampai 8 gram. Berat
kloaka ayam A masih jauh di bawah kisaran normal
sedangkan berat kloaka ayam B berada di atas kisaran normal. Menurut Yuwanta
(2008), perbedaan ukuran alat pencernaan pada ayam tergantung
pada umur dan jenis ayam.
Sistem
Reproduksi Jantan
Sistem reproduksi ayam jantan berbeda dengan ayam betina. Alat reproduksi ayam jantan dibagi dalam tiga bagian
utama yaitu aepasanag testis, sepasang saluran deferens dan kloaka (Yuwanta,
2008).
Testis. Testis ayam jantan terletak di
rongga badan dekat tulang belakang, melekat pada bagian dorsal dari rongga
abdomen dan dibatasi oleh ligamentum mesorchium, berdekatan dengan aorta
dan vena cavar, atau di belakang paru-paru bagian depan dari ginjal.
Meskipun dekat dengan rongga udara, temperatur testis selalu 41o sampai
43o C karena spermatogenesis (pembentukan sperma) akan terjadi pada
temperatur tersebut (Yuwanta, 2008).
Testis ayam berbentuk biji buah
buncis dengan warna putih krem. Testis terbungkus oleh dua lapisan tipis
transparan, lapisan albugin yang lunak. Bagian dalam dari testis terdiri
atas tubuli seminiferi (85% sampai 95% dari volume testis), yang
merupakan tempat terjadinya spermatogenesis, dan jaringan intertitial yang terdiri atas sel glanduler (sel Leydig)
tempat disekresikannya hormon steroid, androgen, dan testosteron. Besarnya
testis tergantung pada umur, strain, musim, dan pakan (Yuwanta,
2008).
Saluran
Deferens. Menurut Yuwanta (2008), saluran deferens dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian atas yang
merupakan muara sperma dari testis, serta bagian bawah yang merupakan
perpanjangan dari saluran epididimis
dan dinamakan saluran deferens. Saluran
deferens ini akhirnya bermuara di kloaka pada daerah proktodeum yang berseberangan dengan urodium dan koprodeum. Di
dalam saluran deferens, sperma
mengalami pemasakan dan penyimpanan sebelum diejakulasikan. Pemasakan dan
penyimpanan sperma terjadi pada 65% bagian distal saluran deferens.
Alat
Kopulasi.
Alat kopulasi pada ayam berupa papila (penis) yang mengalami rudimenter,
kecuali pada itik berbentuk spiral yang panjangnya 12 sampai 18 cm. Pada papila
ini juga diproduksi cairan transparan yang bercampur dengan sperma saat
terjadinya kopulasi (Yuwanta, 2008). Papila yang di amati pada praktikum
adalah papila bebek, karena papilanya lebih berkembang daripada papila ayam
jantan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui
bahwa warna papila putih dan elastis.
Mekanisme Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah proses
pembentukan sel sperma yang terjadi di epitelium
(tubuli) seminiferi di bawah kontrol hormon gonadotropin dan hipofisis
(pituitaria bagian depan). Tubuli seminiferi ini terdiri atas sel sertoli dan sel germinalis. Spermatogenesis terjadi dalam tiga fase, yaitu fase spermatogineal, fase meiosis, dan fase spermiogenesis yang membutuhkan waktu 13 -14 hari (Yuwanta, 2008).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, pengukuran serta
penimbangan terhadap sistem digesti dan reproduksi ayam betina yang telah telah
diselesaikan dalam praktikum, dapat disimpulkan bahwa anatomi sistem digesti
pada unggas meliputi mulut/paruh, oesophagus, crop (tembolok), proventriculus,
gizzard (empedal/ventrikulus), small intestinum
yang terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum, coecum, usus
besar(rektum), dan kloaka. Alat reproduksi ayam betina meliputi dua bagian utama,
yaitu ovarium dan oviduct, sedangkan alat reproduksi ayam
jantan dibagi dalam tiga bagian utama yaitu aepasanag testis, sepasang saluran
deferens dan kloaka. Masing-masing alat pencernaan dan reproduksi pada ayam
mempunyai ukuran, berat dan fungsi yang berbeda, hal ini dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, umur jenis dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Akoso, B. T. 1998. Kesehatan Unggas. Kanisius.
Yogyakarta.
Blakely, J
and Bade, D.H. 1991. Ilmu Peternakan, Edisi IV, Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Goodmann, H. D. 1991. Biology Laboratory
Inversatium Java. Novich Put Orlando.
Neil, A. C. 1991.
Biology 2nd edition. The Benjamin Coming Publishing Company Inc. Pec
Wood City.
Puvadolpirod, S. and J. P. Thaxton.
2000. Model of Physiological Stress in
Chickens 4. Digestion and Metabolism1,2. Department of Poultry Science, Mississippi State University,
Mississippi State, Mississippi 39762
Sidadolog J.P.H. 2001. Manajemen Ternak
Unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.
Swenson,
M. J. dan Recie, W. O. 1993. Dukes’ Physioloogy of Domestic Animals. 11th
edition. Comstok Publishing Associates a division of Cornell University Press.
Ithaca.
Yoder, C. A., J.
K. Graham, and L. A. Miller. 2006.
Molecular Effects of Nicarbazin on
Avian Reproduction. National
Wildlife Research Center, 4101 LaPorte Avenue, Fort Collins, Colorado
80521-2154; Department of Biomedical Sciences/Physiology, Colorado State
University, Fort Collins 80523
Yuwanta,
Tri. 2008. Dasar Ternak Unggas. Cetakan ke 5.
Kanisius. Yogyakarta.
Zuprizal dan Kamal.
M. 2005. Nutrisi Pakan Unggas. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.